Skenario Besar! Skandal RK dan Korupsi BJB Muncul Bersamaan, Publik Curiga Ada Permainan
Jayantara-News.com, Jakarta
Nama mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, kembali menjadi sorotan publik setelah dua isu besar mencuat dalam waktu hampir bersamaan. Pertama, dugaan kasus perselingkuhan dengan seorang wanita bernama Lisa Mariana menyebar luas di media sosial. Kedua, ia juga disebut-sebut dalam dugaan keterlibatan dalam kasus korupsi Bank Jabar Banten (BJB) yang sedang diusut oleh aparat penegak hukum.
Isu perselingkuhan tersebut mencuat lebih dahulu di dunia maya dan menjadi perbincangan hangat netizen. Dalam waktu singkat, rumor ini menggeser fokus publik dari isu yang tak kalah serius, yaitu dugaan keterlibatan Ridwan Kamil dalam korupsi dana di BJB, yang dilaporkan menimbulkan kerugian negara cukup besar.
Menanggapi munculnya dua isu ini, beberapa pengamat politik dan komunikasi publik mulai berspekulasi bahwa bisa saja ada unsur pengalihan isu yang sedang dimainkan.
“Jika kita perhatikan pola kemunculannya, isu personal muncul lebih dahulu dan cepat menyita perhatian publik. Bisa jadi ini strategi pengalihan untuk mengaburkan isu utama yang menyangkut potensi kerugian negara,” ujar Fahmi Rinaldi, pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Jumat (5/4).
Meski demikian, Fahmi juga mengingatkan bahwa publik sebaiknya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa bukti kuat. “Baik isu pribadi maupun dugaan korupsi, semuanya perlu dibuktikan secara hukum. Tapi cara keduanya dimunculkan ke publik perlu dicermati secara kritis,” tambahnya.
Pihak Ridwan Kamil hingga saat ini belum memberikan klarifikasi resmi terkait kedua isu tersebut. Namun, tim kuasa hukumnya telah menyatakan akan mengambil langkah hukum terhadap penyebaran informasi yang dianggap mencemarkan nama baik.
Sementara itu, pihak kejaksaan belum memberikan pernyataan resmi terkait apakah benar nama Ridwan Kamil masuk dalam daftar pihak yang diperiksa dalam kasus dugaan korupsi BJB. Namun sumber internal menyebutkan bahwa penyelidikan terus berkembang dan sejumlah nama besar sedang ditelusuri perannya.
Kini, publik dihadapkan pada dua narasi besar: satu menyangkut moralitas personal, dan satu lagi menyangkut dugaan kejahatan negara. Keduanya penting, namun masyarakat diimbau untuk tidak mudah terombang-ambing oleh sensasi, dan tetap menuntut transparansi serta kejelasan hukum dari kedua isu tersebut. (Chepy)