Tugu 8,4 Miliar di Karawang Picu Kontroversi, DLHK: Ini Ikon Peradaban, Bukan Proyek Gagal
Jayantara-News.com, Karawang
Sorotan publik terhadap Tugu “The Window” di Karawang kian memanas. Monumen yang berdiri megah namun menuai pro dan kontra ini akhirnya mendapat tanggapan resmi dari Dede Pramiadi Asmara, Kepala Bidang Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Karawang, pada Senin (19/5/2025).
Dede menegaskan bahwa kehadiran “The Window” bukan sekadar proyek estetika, melainkan hasil kajian mendalam dari berbagai unsur yang memiliki makna filosofis.
> “The Window adalah simbol jendela menuju peradaban dan kemajuan masyarakat Karawang, dengan tetap menjunjung budaya dan kelestarian alam,” jelasnya di ruang kerjanya.
Ia menambahkan, tugu ini diharapkan menjadi ikon kebanggaan yang membuka wawasan masyarakat terhadap dinamika global.
> “Rumah tanpa jendela akan gelap. Tugu ini adalah jendela yang memberi pandangan luas tentang dunia luar. Hanya ada tiga tugu sejenis di dunia: Paris, Dubai Frame, dan Karawang. Maka, kita patut bangga,” ujarnya.
Namun, kebanggaan itu tak lepas dari sorotan biaya. Proyek ini menelan dana APBD sebesar Rp8,4 miliar selama tiga tahun anggaran (2022–2024), belum termasuk biaya pemeliharaan.
Rinciannya:
– Tahun 2022: Rp1,8 miliar
– Tahun 2023: Rp5,8 miliar
– Tahun 2024 (finishing): Rp800 juta
– Pemeliharaan (lampu, pompa, listrik 12.000 watt): ±Rp300 juta
Untuk desain dan perencanaan konstruksi, Pemkab Karawang menggandeng Summarecon melalui pendanaan dari CSR.
Dede mengakui kritik adalah hal wajar, namun ia berharap masyarakat tidak terburu-buru memberi cap negatif.
> “Silakan kritik, tapi jangan sampai mengabaikan niat baik pembangunan. Dan mari kita jaga bersama, karena sudah ada oknum yang mencuri lampu di sana,” tegasnya.
DLHK pun mengimbau masyarakat untuk aktif melapor bila menemukan aktivitas mencurigakan di sekitar kawasan tugu. (DJ)