Dari Getah ke Gairah Kopi: Perhutani Bandung Selatan Mantapkan Hilirisasi Agroforestry
Jayantara-News.com, Bandung
Langkah inovatif dalam meningkatkan nilai ekonomi sektor non-kayu terus dikembangkan oleh Perhutani KPH Bandung Selatan. Setelah sukses mengelola produksi getah pinus dengan capaian tertinggi secara nasional, kini mereka bersiap menggarap hilirisasi tanaman kopi sebagai bagian dari strategi agroforestry berkelanjutan.
Kepala Seksi Madya SDM, Umum dan IT Perhutani KPH Bandung Selatan, Dudung Supriatna, mengungkapkan bahwa nilai tambah dari komoditas kopi akan difokuskan pada sektor hilir, tanpa mengganggu proses budidaya dan pengolahan hasil panen yang selama ini dikelola petani.
“Saat ini sedang dalam tahap pengkajian dan perencanaan. Salah satu inovasi yang dirancang adalah pengemasan produk kopi. Ini kami lakukan agar tidak mengganggu pendapatan petani dari hulu ke hilir, tapi justru memperkuat nilai jual produk kopi,” ujarnya di Bandung, Rabu (30/07/2025).
Perhutani KPH Bandung Selatan dikenal sebagai pelopor kebangkitan budidaya kopi di Jawa Barat. Program ini berawal dari inisiatif alih komoditas, mengganti tanaman sayuran yang rentan longsor di kawasan hutan dataran tinggi dengan tanaman kopi yang lebih ramah lingkungan.
Kini, budidaya kopi di kawasan hutan Perhutani menjadi sumber pendapatan utama bagi petani di sekitar hutan. Tak hanya menguntungkan secara ekonomi, kopi yang ditanam juga menghasilkan kualitas premium. Salah satu contohnya adalah Kopi Gunung Puntang yang pernah menjuarai ajang Specialty Coffee Association of America Expo di Atlanta, Amerika Serikat, tahun 2016.
Menurut Dudung, manfaat ekonomi dari program ini dirasakan luas oleh masyarakat. Selain kopi, getah pinus tetap menjadi sumber pemasukan penting bagi warga sekitar hutan.
“Alhamdulillah, selama beberapa tahun terakhir, capaian produksi getah pinus KPH Bandung Selatan selalu tertinggi secara nasional. Ini tentu menjadi pemasukan penting, bukan hanya bagi negara, tapi juga untuk masyarakat,” jelasnya.
Pada tahun ini, target produksi getah pinus Perhutani KPH Bandung Selatan sebesar 2.761 ton, dan hingga saat ini telah terealisasi 1.613 ton atau 58 persen.
Dudung juga menegaskan, meski tidak dirinci secara detail, sektor penyadapan getah pinus telah membuka ribuan lapangan kerja.
“Ada ribuan penyadap getah yang berasal dari masyarakat sekitar hutan. Mereka bekerja dengan sistem upah yang adil, dan semuanya sudah kami asuransikan,” tutupnya. (Didoe)