Bojong Koneng Bandung Barat Salurkan Bantuan Pangan: Efisien, Tepat Sasaran, dan Hangat di Hati Warga
Jayantara-News.com, Bojong Koneng, Bandung Barat
Desa Bojong Koneng menyalurkan bantuan pangan dari Perum Bulog kepada 1.170 keluarga penerima manfaat (KPM) untuk alokasi Juni–Juli 2025. Setiap keluarga menerima 20 kilogram beras yang dikemas dalam dua karung, dengan mekanisme distribusi bertahap, termasuk layanan antar langsung bagi warga yang sakit atau memiliki keterbatasan mobilitas.
Kepala Desa Bojong Koneng, Tarmaya, memimpin langsung jalannya pembagian. Bersama Ketua RW 10, Kasi Pemerintahan, Kepala Dusun Mang Ulan, perangkat desa, dan warga, mereka bahu-membahu menurunkan karung beras dari truk ke gudang penyimpanan. “Budaya gotong royong ini adalah warisan kampung yang belum terkikis zaman,” tutur seorang perangkat desa.
Tarmaya pun memberikan teladan kepemimpinan yang membumi dengan mengantarkan sendiri bantuan kepada Poningrat, warga Kampung Cilangari yang memiliki anak tunanetra. Bagi warga, aksi ini mencerminkan kepedulian nyata pemimpin terhadap warganya.
Ketua Desa Siaga Bojong Koneng, RE Daniel Budiansyah, memastikan proses seleksi penerima dilakukan ketat berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang telah diverifikasi di lapangan. “Kami mengacu pada data pusat dan melakukan pengecekan melalui RT/RW, sehingga bantuan benar-benar tepat sasaran,” ujarnya.
Secara nasional, program ini merupakan bagian dari Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yang menyasar lebih dari 18 juta KPM melalui sistem terintegrasi SIKS-NG. Perubahan mekanisme penyaluran, dari sebelumnya melalui kantor pos menjadi langsung di desa, terbukti meningkatkan efisiensi logistik, mengurangi beban administrasi, dan meminimalisasi potensi kebocoran.
Implikasi Strategis Jangka Panjang
1. Ketepatan sasaran memperkuat ketahanan sosial dengan memastikan keluarga paling rentan mendapatkan bantuan.
2. Integrasi data sosial melalui SIKS-NG meningkatkan akurasi meski sinkronisasi lapangan masih menjadi tantangan.
3. Peningkatan kapasitas desa lewat pelatihan teknis dan digitalisasi menjadi investasi strategis untuk percepatan distribusi di masa depan.
Lebih dari sekadar penyaluran bantuan, kegiatan di Bojong Koneng ini membangun modal sosial. Partisipasi aktif warga bersama pemimpin desa menumbuhkan rasa kebersamaan, sekaligus memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap program pemerintah.
“Mereka senang dan merasa terbantu,” ungkap Daniel, menggambarkan antusiasme warga.
Jika konsistensi, validitas data, dan kepemimpinan berbasis empati terus dijaga, model distribusi ini berpotensi menjadi standar nasional: bukan hanya efisien, tetapi juga mempererat ikatan sosial di akar rumput. (Nuka)