Demo Adalah Dinamika Demokrasi: Antara Damai, Anarkis, dan Tuntutan Perubahan
Jayantara-News.com, Jabar
Aksi demonstrasi di Indonesia kerap menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi, demo dipandang sebagai wujud nyata partisipasi masyarakat dalam menyuarakan aspirasi. Di sisi lain, demonstrasi juga kerap dinodai dengan tindakan anarkis yang merugikan publik.
Fenomena ini menjadi bukti bahwa demo adalah sebuah dinamika. Kadang berjalan damai dengan orasi, diskusi, serta penyampaian tuntutan yang tertib. Namun tak jarang pula, aksi massa berujung ricuh, entah karena dipicu provokasi, tumpangan kepentingan politik, ataupun ketidakmampuan aparat dan peserta aksi menjaga situasi tetap kondusif.
Terlepas dari adanya dugaan “tumpangan” pihak tertentu yang menunggangi aksi massa untuk tujuan politik, satu hal yang jelas: tanpa adanya demonstrasi, Indonesia akan cenderung “diam-diam saja”. Suara publik yang seharusnya menjadi penyeimbang kebijakan pemerintah bisa hilang tenggelam dalam rutinitas birokrasi.
Dalam perspektif sejarah, demonstrasi justru sering menjadi titik balik perubahan. Reformasi 1998 misalnya, lahir dari gelombang aksi mahasiswa yang menuntut perubahan fundamental dalam tata kelola negara. Suara-suara di jalanan kala itu tidak bisa dianggap angin lalu, karena pada akhirnya menggerakkan roda politik ke arah yang lebih demokratis.
Pengamat kebijakan publik, Agus Chepy Kurniadi, menegaskan bahwa demonstrasi adalah bagian tak terpisahkan dari demokrasi.
“Demo itu tidak bisa dibaca semata-mata sebagai kegaduhan di jalanan. Ia adalah alarm sosial. Kadang memang damai, kadang bisa ricuh, tetapi justru di situlah letak dinamika sebuah bangsa. Kalau tidak ada demo, Indonesia akan stagnan dan suara rakyat bisa terkubur. Harus ada gebrakan untuk mendorong perubahan,” ujarnya.
Agus menilai bahwa aksi massa merupakan hak konstitusional warga negara yang dilindungi undang-undang.
“Demonstrasi jangan selalu dipandang negatif. Justru ia adalah wadah ekspresi rakyat. Namun, tetap penting untuk menjaga etika, kedamaian, dan tidak memberi ruang bagi pihak-pihak yang hanya menunggangi untuk kepentingan tertentu. Tugas kita bersama adalah memastikan aspirasi rakyat tersampaikan dengan baik, tanpa harus mengorbankan ketertiban umum,” tegasnya.
Meski kadang gaduh dan merepotkan, demo tetap menjadi pengingat bahwa ada kegelisahan di tengah masyarakat yang tak bisa terus-menerus diabaikan. Tanpa adanya dinamika di jalanan, perubahan mustahil terjadi. (Red)