Wamendag Optimistis, Sektor Perdagangan Indonesia Tetap Unggul di Era Trump
Jayantara-News.com, Jakarta
Kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat membawa dampak besar pada perdagangan global. Kebijakan-kebijakan Trump dinilai dapat mengubah lanskap hubungan dagang internasional. Meski demikian, Indonesia tidak hanya bersiap beradaptasi, tetapi juga mengambil langkah proaktif untuk memaksimalkan perjanjian dagang strategis.
Hal ini disampaikan Wakil Menteri Perdagangan Indonesia, Dyah Roro Esti Widya Putri, B.A., M.Sc., dalam kuliah umum bertajuk “Memahami Visi Pemerintahan Baru dalam Isu Perdagangan Global” yang diselenggarakan oleh Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pertamina (UPER), Kamis (14/11/2024).
“Indonesia telah membukukan 17 kerja sama perdagangan, baik secara bilateral maupun melalui ASEAN. Pada 2025, kita menargetkan 11 prioritas perundingan dagang dengan strategi multi-track untuk meningkatkan nilai ekspor sekaligus memberikan insentif kepada pelaku ekonomi nasional,” ujar Roro.
Tiga Strategi Utama Perdagangan Internasional
Dalam kuliah umum tersebut, Wamendag memaparkan tiga langkah strategis untuk menghadapi dinamika perdagangan internasional:
1. Diversifikasi ekspor ke pasar non-tradisional.
2. Pengembangan UMKM sebagai motor utama ekonomi nasional.
3. Perlindungan pasar dalam negeri untuk menjaga produk lokal dari tekanan impor.
Menurut Roro, implementasi konsisten terhadap langkah-langkah ini dapat mendukung target pertumbuhan ekonomi hingga 8% dengan kontribusi signifikan dari sektor perdagangan. “Strategi ini tidak hanya menjaga stabilitas ekonomi nasional, tetapi juga memperkuat daya saing Indonesia di pasar global,” tegasnya.
Kinerja Perdagangan yang Menggembirakan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar 21,98 miliar USD pada Januari–September 2024. Surplus ini didukung oleh peningkatan ekspor sebesar 0,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan pertumbuhan stabil 0,39% sejak awal tahun.
Sektor komoditas seperti lemak dan minyak nabati/hewani mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 52,67%, jauh melampaui sektor migas yang hanya tumbuh 10,35%.
Potensi Risiko Era Trump
Dr. Ian Montratama, pakar geopolitik dan dosen Program Studi Hubungan Internasional UPER, turut mengingatkan potensi tantangan dari kebijakan Trump.
“Dalam percakapan telepon dengan Presiden Prabowo, Trump berjanji akan mengunjungi Indonesia. Ini menunjukkan bahwa Trump menyadari surplus perdagangan Indonesia yang signifikan. Sebagai seorang kapitalis, ia kemungkinan akan menyoroti situasi yang dianggap merugikan AS,” ungkap Dr. Ian.
Namun, Dr. Ian menekankan bahwa dengan kekayaan sumber daya alam strategis, keanekaragaman hayati, serta populasi muda yang produktif, Indonesia memiliki posisi tawar yang kuat untuk tetap kompetitif di kancah internasional. Selain itu, Indonesia berpotensi menjadi katalisator perubahan positif bagi negara-negara berkembang melalui perannya di ASEAN, G20, dan forum multilateral lainnya.
UPER Siapkan Pemimpin Global
Sebagai universitas yang mempersiapkan pemimpin masa depan, Universitas Pertamina terus memperluas pembelajaran melalui kuliah umum dengan melibatkan praktisi dan dosen ahli. Dengan demikian, mahasiswa mendapatkan pemahaman lebih mendalam mengenai penerapan ilmu di dunia nyata. (Yun)