Kritik Tanpa Karya: Ketika KDM Jadi Cermin Buruk Bagi Politisi Pencitraan
Jayantara-News.com, Bandung
Pengamat kebijakan publik, Agus Chepy Kurniadi, melontarkan kritik keras terhadap sejumlah elite politik dan anggota legislatif yang belakangan kerap melontarkan komentar miring terhadap kebijakan Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM). Menurut Agus, cibiran itu justru menjadi bukti nyata ketidakmampuan mereka dalam bekerja secara konkret dan berpihak pada rakyat.
“Yang komentar negatif itu siapa saja? Mulai dari anggota DPRD provinsi dan kabupaten/kota, sebagian politisi partai yang haus pencitraan, bahkan beberapa mantan pejabat yang tak lagi punya panggung. Mereka semua satu suara: menyerang kerja KDM tanpa solusi, tanpa bukti kerja. Jangankan menciptakan gagasan atas inisiatif sendiri, meniru pola kerja KDM pun mereka tidak becus!” tegas Agus.
Sejumlah kebijakan KDM memang tak biasa, tapi justru menyentuh langsung akar kebutuhan masyarakat. Mulai dari program “Ngabumi”, yang membawa dirinya blusukan ke kampung-kampung untuk menyerap aspirasi rakyat tanpa protokoler, hingga inisiatif perlindungan hukum bagi petani dan masyarakat adat. Bahkan, KDM tercatat sebagai salah satu pejabat publik yang konsisten menolak proyek-proyek mercusuar yang tak menyentuh kebutuhan rakyat.
Di sisi lain, beberapa programnya sempat menuai sorotan publik karena keberaniannya melawan arus, seperti pembongkaran bangunan liar di lahan negara tanpa pandang bulu, penertiban tambang ilegal, hingga pengendalian penggunaan anggaran hibah bansos yang kerap disalahgunakan elite politik lokal.
Namun sorotan itu, bagi banyak warga, justru memperkuat kepercayaan terhadap integritas dan keberpihakan KDM.
“Intinya, kami sebagai warga Jawa Barat sangat mendukung segala kebijakan beliau. Karena apa yang dilakukan KDM jelas bersumber dari suara hati rakyat. Ia hadir bukan sebagai penguasa, melainkan sebagai pelayan yang mau kotor kaki dan tangannya demi rakyat kecil,” ujar Agus.
Ia pun menegaskan bahwa mereka yang mencibir adalah pihak-pihak yang terancam kehilangan kenyamanan politik dan ruang manipulatif yang selama ini mereka nikmati.
“Ketika seorang pemimpin hadir membawa harapan dan keteladanan, para pengekor yang hanya bisa bersuara tanpa bekerja akan merasa terusik. Maka wajar jika mereka menyerang. Tapi rakyat tahu siapa yang bekerja dan siapa yang hanya bisa mencibir,” pungkasnya. (Red)