Premanisme Berkedok Ormas Marak, Pengamat: Bukti POLRI Lemah dalam Menegakkan Hukum
Jayantara-News.com, Bandung
Agus Chepy Kurniadi: Jangan Sampai Negara Kalah oleh Kelompok yang Mengaku Ormas Tapi Bertindak Layaknya Preman
Fenomena premanisme yang berlindung di balik atribut organisasi kemasyarakatan (Ormas) kian meresahkan masyarakat. Di sejumlah daerah, kelompok-kelompok tertentu menggunakan identitas ormas untuk melakukan intimidasi, pemalakan, bahkan kekerasan terhadap warga sipil dan pelaku usaha.
Pengamat kebijakan publik, Agus Chepy Kurniadi, menyebutkan bahwa lemahnya respons aparat penegak hukum, khususnya Polri, turut memberi ruang berkembangnya praktik premanisme gaya baru ini.
“Ini bukan sekadar kenakalan sosial. Ketika kelompok tertentu melakukan pemaksaan, meminta jatah proyek, atau melakukan sweeping ilegal atas nama ormas, itu sudah masuk ranah kriminal. Yang disayangkan, aparat sering kali tak bertindak tegas,” kata Agus dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/5/2025).
Data Kasus yang Relevan
1. Januari 2024 – Di Kota Bekasi, aparat kepolisian menangkap lima anggota ormas yang memeras kontraktor proyek jalan dengan dalih “keamanan lingkungan”. Mereka meminta setoran hingga Rp50 juta.
2. Maret 2024 – Di wilayah Bandung Barat, dua ormas terlibat bentrok karena memperebutkan “lahan garapan” di proyek pembangunan sekolah. Polisi menyita senjata tajam, tetapi tak ada tersangka yang ditahan.
3. November 2023 – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan telah menerima 420 laporan terkait intimidasi dan pemalakan oleh oknum ormas di berbagai daerah selama tahun 2023. Namun, hanya sekitar 60 kasus yang naik ke tahap penyidikan.
4. Desember 2023 – Di Medan, Sumatera Utara, ormas tertentu melakukan sweeping dan penutupan paksa warung makan milik minoritas agama. Meski ada video viral, tidak satu pun pelaku ditangkap.
“Jika data menunjukkan ratusan laporan setiap tahun namun minim penindakan, ini adalah sinyal serius lemahnya penegakan hukum. Negara seperti absen ketika warganya diintimidasi oleh kekuatan non-negara,” tegas Agus Chepy Kurniadi.
Ia pun mengingatkan, jangan sampai citra institusi kepolisian dirusak oleh kesan ketakutan terhadap ormas tertentu yang memiliki kedekatan politis atau massa besar.
“Keberanian aparat diuji bukan saat menghadapi masyarakat biasa, tapi saat harus menindak mereka yang membawa simbol dan klaim kekuatan massa. Kalau Polri kalah oleh preman, kita sedang menuju negara gagal,” pungkasnya. (Red)