Abah Agan Komitmen Lestarikan Ikon Budaya Sunda ‘Seni Benjang’, Agar Tak Luntur Dimakan Waktu
Jayantara-News.com, Cilengkrang
Kesenian Benjang yang merupakan salah satu warisan budaya khas Sunda dari Kabupaten Bandung, terus menjadi simbol ketahanan seni tradisional di tengah perkembangan zaman. Benjang merupakan kesenian rakyat yang memadukan berbagai unsur, seperti seni bela diri, tarian, dan musik tradisional Sunda. Awalnya, kesenian ini lahir sebagai hiburan rakyat dalam berbagai upacara adat, namun kini berkembang menjadi tontonan yang menarik perhatian masyarakat luas.
Kesenian Benjang dibagi menjadi dua jenis, yaitu Benjang Gelut dan Benjang Helaran. Benjang Gelut merupakan bentuk seni bela diri tradisional, di mana dua peserta adu kekuatan dalam sebuah arena berbentuk lingkaran, mirip dengan gulat pada umumnya. Namun, Benjang Gelut ini tidak hanya sekadar adu fisik, melainkan juga melibatkan teknik dan keterampilan tertentu yang diwariskan secara turun-temurun oleh para sesepuh. Melalui latihan intensif, para pemain Benjang belajar mengendalikan kekuatan dan strategi dalam pertandingan.
Sementara itu, Benjang Helaran lebih menonjolkan aspek seni pertunjukan dan seringkali diselenggarakan dalam acara-acara penting, seperti pernikahan, khitanan, atau perayaan hari besar lainnya. Pada Benjang Helaran, rombongan pemain berparade mengelilingi kampung dengan iringan musik tradisional Sunda seperti kendang, terompet, terbang, dan alat musik lainnya. Tarian dan atraksi para pemain yang mengangkat boneka-boneka besar serta gerakan-gerakan yang penuh semangat menjadi hiburan tersendiri bagi warga yang menyaksikan.
Kesenian Benjang juga dikenal sebagai sarana pembelajaran bagi generasi muda. Lewat kesenian ini, mereka diajarkan nilai-nilai keberanian, sportivitas, serta rasa persatuan. Hal ini tercermin dalam setiap pertunjukan dan latihan, di mana rasa hormat kepada lawan dan solidaritas antar sesama pemain sangat ditekankan. Kesenian Benjang pun menjadi media untuk memperkenalkan kearifan lokal Sunda kepada generasi muda agar mereka tidak melupakan akar budaya leluhur.
Namun, seperti banyak seni tradisional lainnya, kesenian Benjang kini menghadapi tantangan dari arus modernisasi dan globalisasi. Meski demikian, berbagai upaya terus dilakukan oleh komunitas seni dan pemerintah daerah untuk melestarikan Benjang. Pelatihan rutin, festival budaya, dan pengenalan kesenian ini di sekolah-sekolah menjadi beberapa langkah penting dalam menjaga eksistensinya.
“Kesenian Benjang bukan hanya sekedar hiburan rakyat, melainkan sebuah identitas budaya yang sarat makna. Dengan melibatkan unsur seni, olahraga, dan budaya, Benjang berhasil menjadi simbol kebanggaan masyarakat Sunda yang patut dijaga dan dilestarikan oleh generasi mendatang,” tutur Abah Agan, Ketua Benjang Kabupaten Bandung.
Abah Agan, demikian sapaan akrabnya, menyampaikan, bahwa Kesenian Benjang, terutama di Kecamatan Cilengkrang, terus bergulir menjadi salah satu ikon kebudayaan Sunda dan daya tarik bagi masyarakat lokal maupun wisatawan. Ia berharap, bahwa dukungan dari masyarakat dan pemerintah akan terus meningkat, sehingga tradisi ini tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang di tengah zaman yang terus berubah. Abah Agan juga mengajak generasi muda untuk berpartisipasi dan mengambil peran aktif dalam melestarikan seni tradisional ini, karena di tangan mereka lah masa depan Benjang akan tetap hidup.
Dengan berbagai upaya pelestarian yang dilakukan, diharapkan Kesenian Benjang dapat terus menjadi kebanggaan Sunda, dan tidak hanya menjadi sekedar peninggalan masa lalu, tetapi juga sebagai bagian dari identitas budaya yang mengakar kuat di tengah masyarakat. (JO JN)