Calung Banyumasan yang Kian Pudar: Saatnya Pemerintah Turun Tangan Melestarikan Warisan Budaya
Jayantara-News.com, Cilacap
Calung Banyumasan, kesenian khas yang menjadi identitas budaya Banyumas dan sekitarnya, kini menghadapi ancaman kepunahan. Seiring perkembangan zaman dan pergeseran selera masyarakat terhadap hiburan modern, seni musik tradisional berbahan dasar bambu ini semakin jarang dipertunjukkan.
Calung Banyumasan bukan sekadar hiburan, melainkan juga bagian dari kearifan lokal yang mencerminkan karakter masyarakat Banyumas yang egaliter, humoris, dan penuh filosofi hidup. Namun, saat ini pementasan calung lebih banyak ditemukan di acara-acara tertentu, seperti pernikahan atau hajatan, dan itupun tidak seramai dulu.
Menurut beberapa pelaku seni, tantangan utama dalam melestarikan calung adalah minimnya regenerasi. “Generasi muda lebih tertarik pada musik digital, sedangkan calung dianggap kuno dan kurang menarik,” ujar Sutarjo, seorang seniman calung asal Cilacap. Ia menambahkan bahwa kurangnya dukungan dari pihak terkait juga menjadi kendala dalam mengembangkan kesenian ini.
Namun, masih ada harapan bagi kebangkitan calung Banyumasan. Beberapa komunitas seni dan akademisi mulai mengadakan pelatihan dan festival calung sebagai upaya mengenalkan kembali kesenian ini kepada anak muda. Selain itu, penggunaan media sosial untuk mempromosikan calung juga mulai dilakukan, meskipun dampaknya masih terbatas.
Pemerintah daerah diharapkan dapat berperan aktif dalam pelestarian calung, baik melalui kebijakan pendidikan, event budaya, maupun insentif bagi para seniman. Jika tidak ada langkah konkret, dikhawatirkan kesenian ini hanya akan menjadi kenangan dalam sejarah Banyumas dan Cilacap.
Akankah calung Banyumasan kembali bersemi? Jawabannya bergantung pada keseriusan semua pihak dalam menjaga warisan budaya ini agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang. (Buyung)