Milangkala ke-46 Gudangkahuripan Lembang: Semai Budaya dalam Simfoni Budaya & Harmoni Ekonomi
Jayantara-News.com, Bandung
Di bawah langit Lembang yang sejuk, riuh gempita merayakan Milangkala ke-46 Desa Gudangkahuripan menggema di Lapangan Gelora Sinapeul. Bukan sekadar perayaan, tetapi untaian rasa syukur, benang-benang kebersamaan yang dijalin, serta tekad menjaga warisan leluhur yang penuh makna.
Tahun ini, panggung budaya bersinar lebih terang dengan suguhan seni khas Sunda yang menggugah rasa. Seiring alunan tembang, Yayan Jatnika dan Abiel menyulut semangat warga, menari bersama dalam irama kebanggaan akan akar budaya yang kokoh.
Agus Karyana, sang nahkoda desa, menegaskan bahwa Milangkala bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan cermin dari rasa syukur dan tekad untuk terus tumbuh. “Ini adalah waktu yang tepat untuk mengukuhkan persatuan, menjaga pusaka leluhur, dan menanamkan cinta budaya kepada generasi penerus,” ujarnya dengan penuh harap.
Tak hanya seni yang berpendar, denyut ekonomi desa pun menguat. Lewat beragam kreasi Usaha Kecil Menengah (UKM), masyarakat kian percaya diri membawa hasil tangan mereka ke panggung yang lebih luas. “Gudangkahuripan tak sekadar kaya budaya, tetapi juga menyimpan potensi ekonomi yang luar biasa. Jika seni dan ekonomi berpadu, niscaya desa ini semakin gemilang,” tambahnya.
Kirab Budaya: Jejak Syukur di Setiap Langkah
Puncak perayaan terwujud dalam Kirab Budaya, di mana 1.200 peserta mengarak jampana dan nasi tumpeng—simbol rasa syukur dan keberlimpahan. Dari anak-anak PAUD hingga para ibu rumah tangga, semua larut dalam arak-arakan meriah, menyusuri jalan dari Hotel Nopena menuju Lapangan Gelora Sinapeul, menebarkan semangat persatuan dalam balutan adat dan tradisi.
Namun, Milangkala bukan hanya sekadar pesta. Ia adalah suluh yang menerangi langkah ke depan. Festival budaya tahunan yang telah menjadi ikon Kabupaten Bandung Barat sejak 2011 akan terus berkembang, menjadi tonggak kebangkitan seni dan ekonomi desa.
“Kami ingin Milangkala ini menjadi obor semangat, bukan hanya perayaan sesaat. Dengan budaya sebagai akar dan ekonomi sebagai sayap, Desa Gudangkahuripan akan terus terbang tinggi, maju, dan berdaya saing,” tutup Agus Karyana dengan optimisme.
Di setiap senyum dan tarian, dalam gemuruh tepuk tangan dan syair yang dilantunkan, Milangkala ke-46 Desa Gudangkahuripan bukan hanya sekadar perayaan, melainkan janji untuk terus menjaga warisan, menguatkan kebersamaan, dan menapaki masa depan dengan penuh keyakinan. Sampurasun! (Nuka)