Mitos Kutukan Wedus Gembel: Amarah Gaib dari Perut Merapi
Jayantara-News.com, Jogyakarta
Gunung Merapi, salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, tidak hanya menyimpan sejarah erupsi dahsyat tetapi juga mitos yang telah hidup di tengah masyarakat selama berabad-abad. Salah satu mitos yang paling dikenal adalah tentang Wedus Gembel, istilah yang digunakan untuk menyebut awan panas yang dimuntahkan saat Merapi meletus.
Asal-usul Istilah “Wedus Gembel”
Dalam bahasa Jawa, wedus berarti kambing, sedangkan gembel merujuk pada rambut yang kusut atau gimbal. Masyarakat sekitar Gunung Merapi menamakan awan panas ini “Wedus Gembel” karena bentuknya yang menyerupai kawanan kambing berbulu gimbal, menggumpal dan bergulung-gulung saat meluncur turun dari puncak gunung dengan kecepatan tinggi.
Mitos dan Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat di sekitar Merapi, terutama yang masih memegang teguh adat dan kepercayaan leluhur, percaya bahwa Wedus Gembel bukan sekadar fenomena alam biasa. Beberapa mitos menyebutkan bahwa awan panas ini adalah pasukan gaib yang dikirim oleh Penguasa Merapi, yakni Eyang Merapi, untuk membersihkan wilayah yang dianggap sudah terlalu banyak campur tangan manusia atau melanggar aturan adat.
Dalam mitologi Jawa, Gunung Merapi diyakini sebagai kerajaan makhluk halus yang dipimpin oleh Eyang Sapu Jagad dan Eyang Merapi. Sebagian masyarakat percaya bahwa sebelum letusan terjadi, penguasa gaib Merapi akan memberikan tanda-tanda kepada para juru kunci atau penduduk yang memiliki kepekaan batin. Tanda tersebut bisa berupa mimpi, perubahan perilaku hewan, atau firasat lainnya.
Pesan di Balik Mitos
Terlepas dari kepercayaan terhadap unsur gaib, mitos Wedus Gembel mengandung makna filosofis yang dalam. Ia menjadi pengingat bagi manusia untuk selalu menghormati alam dan tidak serakah dalam mengeksploitasi sumber daya. Setiap letusan Merapi mengajarkan bahwa alam memiliki kekuatan besar yang tak bisa ditaklukkan, melainkan harus dipahami dan dihormati.
Wedus Gembel dalam Kajian Ilmiah
Dalam ilmu vulkanologi, Wedus Gembel dikenal sebagai awan panas guguran, yang terdiri dari campuran gas vulkanik, abu, dan material pijar bersuhu tinggi yang dapat mencapai 600–800°C dan meluncur dengan kecepatan lebih dari 100 km/jam. Fenomena ini sangat berbahaya dan telah menyebabkan banyak korban jiwa dalam berbagai letusan Merapi.
Meskipun demikian, masyarakat yang tinggal di sekitar lereng Merapi tetap memiliki keyakinan bahwa keberadaan mereka di sana sudah menjadi bagian dari takdir. Dengan pemahaman akan mitos dan ilmu pengetahuan, mereka terus hidup berdampingan dengan gunung yang dianggap sakral ini, dengan rasa hormat dan kewaspadaan terhadap tanda-tanda alam. Mitos Wedus Gembel sendiri adalah bagian dari kekayaan budaya yang menghubungkan manusia dengan alam melalui kearifan lokal. (Mas Goes)