Refleksi 18 Tahun Bandung Barat: Komitmen Pembangunan Ditegaskan, Namun Catatan Kecil Tak Terabaikan
Jayantara-News.com, Bandung Barat
Peringatan Hari Jadi ke-18 Kabupaten Bandung Barat diperingati melalui Rapat Paripurna yang berlangsung khidmat dan penuh makna di Gedung DPRD pada Rabu (19/6). Acara ini menjadi momentum reflektif atas perjalanan panjang daerah otonom tersebut, sekaligus penegasan komitmen bersama dalam mempercepat pembangunan demi kesejahteraan masyarakat.
Ketua DPRD KBB, H. Muhammad Mahdi, S.Pd., dalam sambutannya menekankan peran strategis DPRD sebagai jembatan antara rakyat dan kebijakan. Ia menggarisbawahi pentingnya prinsip keterbukaan dan partisipasi masyarakat dalam menjalankan fungsi legislasi dan pengawasan.
“Kepercayaan masyarakat adalah amanah besar yang harus dijaga dengan etos kerja tinggi,” tegas Mahdi.
Mewakili unsur legislatif, Dr. Tifani Savianti membacakan sejarah berdirinya Kabupaten Bandung Barat, dimulai dari wacana pemekaran pada 1999 hingga disahkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007. Sejarah ini menjadi pengingat kuat atas aspirasi rakyat dalam menciptakan pemerintahan yang lebih responsif dan dekat dengan masyarakat.
Bupati Bandung Barat, Jeje Ritchie Ismail, menyampaikan apresiasi kepada seluruh elemen yang turut serta dalam pembangunan KBB. Ia menyoroti sejumlah capaian positif seperti penurunan angka kemiskinan serta pengakuan pasar berstandar SNI. Namun, ia juga menegaskan bahwa tantangan besar seperti infrastruktur, pendidikan, dan pengelolaan sampah tetap menjadi prioritas.
“Kami berkomitmen untuk terus menerima kritik demi Bandung Barat yang lebih baik,” ungkap Jeje.
Penjabat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, turut hadir dan menyampaikan pesan penting tentang pentingnya menjaga keasrian alam di tengah geliat pembangunan. Ia merinci rencana perbaikan infrastruktur secara bertahap, penataan wilayah, serta penertiban tambang dan kawasan strategis. Tak hanya itu, ia juga menggagas program minum susu untuk siswa dan pemanfaatan eceng gondok sebagai solusi lingkungan.
“Rebranding Bandung Barat harus kembali ke akar: alam, ketahanan keluarga, dan tata kelola yang rapi,” ucap Dedi. Ia menutup sambutannya dengan ajakan untuk mencintai Bandung Barat sepenuh hati, menggabungkan kecintaan pada tanah kelahiran dengan kerja nyata demi masa depan.
Namun, di balik kemegahan acara yang dihadiri tokoh-tokoh penting daerah dan provinsi tersebut, terselip catatan kritis yang perlu menjadi perhatian. Sejumlah peserta mengeluhkan kualitas konsumsi yang disediakan, khususnya nasi kotak sebagai makanan berat. Beberapa di antaranya ditemukan dalam kondisi kurang layak konsumsi, bahkan terindikasi basi.
Situasi ini tentu sangat disayangkan, mengingat skala acara yang besar dan bernilai simbolik. Kejadian ini sepatutnya menjadi bahan evaluasi serius bagi panitia penyelenggara, agar pelaksanaan Hari Jadi sebagai lambang kemajuan dan pelayanan prima juga tercermin dalam aspek mendasar, seperti kelayakan konsumsi bagi tamu undangan.
Semangat membangun Bandung Barat yang amanah bukan hanya terpancar dari pidato dan pencapaian, tetapi juga dari kepedulian terhadap hal-hal kecil yang berdampak langsung pada kenyamanan dan kesan publik terhadap pemerintah daerah. (Nuka)