TPT Cigending Ujungberung Ambruk: Warga Terancam Nyawa, Pemerintah Diam Seribu Bahasa
Jayantara-News.com, Ujungberung
Tembok penahan tanggul (TPT) di Cigending, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, yang ambruk sejak lebih dari satu bulan lalu belum juga diperbaiki. Kondisi ini membuat warga yang tinggal di sekitarnya hidup dalam ancaman keselamatan setiap hari.
Istri Kasmudi, pemilik pabrik tempe yang sekaligus menjadi rumah tinggal di Cigending, Kelurahan Pasirwangi, mengaku resah. Pabrik yang berdiri di bantaran sungai itu kini terancam runtuh akibat ambruknya TPT pada 28 Juni 2025, sekitar pukul 15.00–16.00 WIB, saat hujan gerimis mengguyur sejak pagi.
Kepanikan keluarga dan warga membuat laporan segera disampaikan kepada Ketua RW 03 Pasirwangi. Laporan tersebut diteruskan ke Kelurahan Pasirwangi dengan Nomor Surat 040/RW03/VI/2025. Atas arahan Lurah Pasirwangi, kasus ini dilaporkan ke Kecamatan Ujungberung, dan pada 30 Juni 2025, Lurah mengirimkan surat permohonan perbaikan kepada Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga melalui surat resmi Nomor S/HB.03.16.10/128-Kel.Pswg/VI/2025, bersifat segera, ditandatangani secara elektronik oleh Lurah Meli Susanti, A.KS.
Namun, penanganan dari dinas terkait dinilai lamban. Walau tidak ada korban jiwa, jelas terlihat bahwa ada warga yang tinggal tepat di bantaran sungai. Mereka terpaksa mengungsi setiap malam ke kontrakan untuk tidur, lalu kembali di siang hari untuk memproduksi tempe sebagai mata pencaharian. Longsor susulan pada 6 Agustus 2025 memperparah kecemasan.
“Kenapa bantuan dari pemerintah begitu lama turun?” keluh istri Kasmudi yang tengah hamil, menggambarkan kegelisahan mereka.
Camat Ujungberung melalui Enung, pejabat yang membidangi Ekonomi dan Pembangunan, menyebut pihak kecamatan telah mengecek lokasi, namun keterbatasan anggaran membuat mereka hanya dapat meneruskan laporan ke Dinas Pekerjaan Umum (DPU) lewat pesan WhatsApp. Hingga kini, DPU belum memberi kabar maupun keputusan resmi terkait perbaikan TPT tersebut.
Meski statusnya merupakan penanggulangan bencana, sudah lebih dari sebulan tidak ada langkah nyata dari pemerintah. “Kami terpaksa memperbaiki sendiri karena khawatir tanah labil di dalam rumah ikut longsor lagi. Tapi ukuran TPT ini terlalu besar untuk diperbaiki dengan biaya sendiri,” ungkap salah satu anggota keluarga korban.
TPT yang ambruk dengan ukuran penampang ±8 meter x 15 meter itu membutuhkan penanganan serius, mulai dari perencanaan struktur hingga pengawasan teknis. Mengingat debit air yang besar saat hujan dan pusaran arus yang kuat, jika tidak segera diperbaiki, kerusakan akan meluas dan potensi korban jiwa semakin besar.
#psda #dpu #pemerintah (@asepkw)