Jeje Wiradinata Pimpin Perlawanan: Keramba Jaring Apung Ancam Laut Pangandaran, Rakyat Melawan!
Jayantara-News.com, Pangandaran
Pangandaran mengirimkan pesan keras kepada pemerintah: hentikan eksploitasi laut, atau rakyat yang akan turun tangan. Di tengah ratusan nelayan, pelaku wisata, tokoh masyarakat, pemuda, dan berbagai organisasi yang memadati Lapangan Bandara Susi Air, Rabu (13/8/2025), satu suara menggema paling nyaring: suara perlawanan yang dipimpin langsung oleh Ketua HNSI Pangandaran, H. Jeje Wiradinata.
Tidak lagi berbicara diplomatis, Jeje yang juga mantan Bupati Pangandaran, berdiri paling depan sebagai simbol perlawanan rakyat. Dengan nada tajam dan sikap tanpa kompromi, ia menyatakan bahwa Keramba Jaring Apung (KJA) bukan solusi, melainkan ancaman nyata bagi keberlanjutan laut, nelayan, dan pariwisata Pangandaran.
“Saya tidak akan diam melihat laut kita dijadikan kolam privat untuk kepentingan bisnis segelintir orang. Ini perampasan ruang hidup nelayan! Ini pembunuhan pelan-pelan terhadap ekonomi masyarakat pesisir!” tegas Jeje, Rabu (13/8/2025).
Dalam deklarasi yang bukan lagi sekadar aksi simbolik, massa menyuarakan empat tuntutan tegas:
1. Menolak total keberadaan KJA yang merusak ekosistem laut, mengganggu jalur tangkap nelayan.
2. Menuntut pencabutan seluruh izin dan penghentian permanen aktivitas KJA di Pantai Timur Pangandaran.
3. Menyerukan persatuan masyarakat untuk melindungi laut dan pesisir, sebagai ruang hidup bersama, bukan arena bisnis kapital.
4. Mendorong ekonomi berbasis lingkungan, yang berpihak pada perikanan tangkap tradisional dan pariwisata berkelanjutan, bukan pada investor rakus yang datang, merusak, lalu pergi.
Aksi ini menjadi sorotan nasional dengan kehadiran mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, yang dengan lugas menyebut bahwa laut bukan tempat investasi rakus, tapi sumber hidup rakyat.
“Kalau keramba dibiarkan, jangan mimpi nelayan kecil bisa hidup. Ini bukan hanya soal ekosistem, tapi juga soal keadilan!” ujar Susi, mendukung penuh langkah Jeje dan masyarakat Pangandaran.
Apa yang dilakukan Jeje Wiradinata ini adalah keberpihakan yang langka dari seorang mantan kepala daerah: berdiri bersama rakyat, melawan kebijakan yang menyimpang. Ia tidak berdiri sebagai birokrat, tapi sebagai pemimpin gerakan.
Gelombang ini belum berhenti. Rakyat menegaskan, jika pemerintah pusat tak bergeming, perlawanan akan terus membesar. Jalanan akan kembali dipenuhi, dan lautan akan menjadi medan perjuangan.
Pangandaran menolak dijual. Jeje Wiradinata dan rakyatnya sudah memilih: berpihak pada laut, atau kehilangan segalanya. (Nana JN)