Menjawab Kemacetan Wisata Pangandaran: Parkir Terpusat Jadi Solusi
Jayantara-News.com, Pangandaran
Setiap musim liburan, kemacetan lalu lintas menjadi masalah klasik di kawasan wisata Kabupaten Pangandaran. Salah satu penyebab utamanya adalah keterbatasan lahan parkir yang tidak sebanding dengan lonjakan jumlah kendaraan pengunjung.
Menanggapi persoalan ini, Tatang, pengamat kebijakan publik asal Kota Bandung, menyampaikan sejumlah masukan kepada Pemerintah Daerah serta pengelola objek wisata.
“Pemda perlu bersinergi dengan pengelola wisata dalam menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan menata arus lalu lintas secara lebih terencana. Tujuannya agar wisatawan dapat menikmati liburan dengan aman dan nyaman,” ujar Tatang saat dihubungi JayantaraNews.com melalui sambungan WhatsApp, Jumat (11/4/25).
Menurutnya, beberapa solusi yang dapat diambil antara lain pembangunan kantong-kantong parkir yang lebih luas dan sosialisasi kepada pengunjung agar memarkir kendaraan di tempat yang telah ditentukan.
Tatang juga menyampaikan tiga strategi pengelolaan parkir yang dinilai efektif untuk diterapkan di Pangandaran:
1. Parkir Terpusat
Menunjuk area khusus sebagai pusat parkir dengan kapasitas besar dapat mengurangi kendaraan yang berputar-putar di area wisata. Informasi mengenai lokasi ini perlu disampaikan secara jelas melalui papan penunjuk dan sistem informasi digital.
2. Parkir Terkendali
Menerapkan tarif parkir yang bervariasi berdasarkan waktu dan zona. Misalnya, tarif lebih tinggi saat jam sibuk di area padat, dan tarif rendah atau gratis di zona yang kurang ramai. Kebijakan ini mendorong wisatawan memilih moda transportasi alternatif dan mengurangi beban lalu lintas.
3. Parkir Berbasis Teknologi
Pemanfaatan sistem parkir cerdas seperti aplikasi pemesanan tempat parkir, sensor ketersediaan ruang, serta papan informasi digital, akan membantu pengendara menemukan tempat parkir dengan efisien dan menghindari kemacetan akibat pencarian lokasi parkir.
“Dengan penerapan strategi ini, kemacetan di kawasan wisata Pangandaran dapat diminimalkan, dan pengalaman wisatawan pun menjadi lebih menyenangkan,” pungkas Tatang. (Nana JN)