Bandung Barat Menuju Desa Tangguh Iklim: Kolaborasi Strategis Kemendes dan World Bank
Jayantara-News.com, Bandung Barat
Dalam rangka memperkuat ketahanan desa terhadap dampak perubahan iklim sekaligus meningkatkan ketahanan pangan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bersama World Bank menginisiasi program kolaboratif bertajuk Desa Berketahanan Iklim. Penutupan program ini dilaksanakan di Kecamatan Ngamprah dan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat—wilayah yang kini menjadi percontohan nasional dalam pengembangan desa adaptif dan inovatif.
Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan, Drs. Andrey Ikhsan Lubis, M.Si, menegaskan bahwa program ini merupakan bagian dari strategi nasional dalam membangun desa yang tangguh dan mandiri. “Kegiatan ini menandai berakhirnya kerja sama dengan Morban dalam mengusung tema ketahanan iklim desa untuk mendukung ketahanan pangan. Program ini sejalan dengan arah kebijakan besar pemerintah pusat,” ujarnya.
Andrey menekankan bahwa desa memegang peran sentral dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, terutama dalam merespons isu-isu iklim dan pangan. Dari sekitar 75.000 desa di Indonesia, hanya sebagian yang dipilih sebagai model awal—termasuk lima desa di Kecamatan Ngamprah. “Kami mendorong desa untuk aktif mengelola sampah, menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), memanfaatkan maggot, dan mengolah sampah organik maupun non-organik menjadi produk bernilai ekonomi,” jelasnya.
Ia menilai, Kabupaten Bandung Barat memiliki potensi besar yang belum sepenuhnya digarap. “Wilayah ini punya daya tarik kuat—bahkan banyak yang datang tanpa diundang. Ini harus menjadi momentum untuk menjadikannya sebagai contoh terbaik nasional,” tambahnya.
Lebih jauh, Andrey menekankan pentingnya proses pendampingan dan sinergi lintas sektor. “Perubahan besar tidak bisa instan. Diperlukan keterlibatan aktif aparatur kecamatan dan desa. Dengan dukungan Dana Desa, BUMDes, hingga KopDes Merah Putih, semua potensi itu tinggal dioptimalkan. Tantangan harus dilihat sebagai peluang,” tegasnya.
Sementara itu, Camat Ngamprah Agnes Virganty, S.STP., M.Si mengapresiasi kunjungan tim Kemendes dan World Bank serta menyambut positif pelaksanaan program di wilayahnya. Ia menyebutkan bahwa pilot project telah menyentuh berbagai wilayah, termasuk Cisarua, Lembang, Padalarang, dan Ngamprah.
“Di Ngamprah, lima desa terlibat: Ngamprah, Cimareme, Cilame, Gado Bangkong, dan Sukamulya. Sementara di Padalarang ada Kertajaya, Campaka Mekar, dan Padaulun,” jelas Agnes.
Ia menyambut baik sinergi ini, terlebih 20 persen Dana Desa memang diwajibkan untuk program ketahanan pangan. “Tema yang diangkat sangat relevan. Ada keselarasan antara program pusat dan visi pembangunan di Bandung Barat,” tambahnya.
Agnes juga menyinggung visi Nawacita Presiden RI yang menekankan keseimbangan antara lingkungan, ekonomi, dan budaya. “Nilai-nilai harmonis adalah amanah yang terus kami jaga. Maka Insya Allah, kami siap mendukung program-program strategis nasional, termasuk dari Kemendesa,” katanya.
Ia berharap sinergi ini terus berlanjut dan membawa dampak nyata bagi masyarakat desa. “Program serupa telah hadir di berbagai daerah seperti Pangalengan. Semoga Bandung Barat juga bisa menjadi percontohan nasional dalam membangun desa yang tangguh, mandiri, dan berdaya,” ujarnya.
Program ini tak hanya berfokus pada ketahanan pangan dan lingkungan, tetapi juga menjadi momentum refleksi bagi desa-desa dalam meningkatkan kualitas pembangunan. Seperti disampaikan Andrey Ikhsan Lubis, “Kesempurnaan memang belum tercapai, tetapi arah menuju yang terbaik harus terus diperjuangkan.”
Dengan kolaborasi kuat antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat, Kabupaten Bandung Barat kini mengambil langkah nyata menuju desa-desa tangguh yang tak hanya siap menghadapi tantangan iklim, tapi juga mampu mengelola sumber daya menjadi kekuatan ekonomi. Sampah, yang dulunya dianggap masalah, kini menjadi potensi emas yang menggerakkan perubahan. (Nuka)