Tragis! Bayi Pertama Meninggal, RSUD Karawang Diduga Lamban Bertindak & Abaikan Pasien BPJS
Jayantara-News.com, Karawang
Edwin Septian, warga Desa Sukaharja, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, mengungkapkan kekecewaannya atas pelayanan RSUD Karawang setelah kehilangan anak pertamanya yang meninggal dunia. Ia menduga keterlambatan penanganan medis menjadi penyebab memburuknya kondisi sang istri dan janin yang akhirnya tidak tertolong.
Peristiwa memilukan ini terjadi pada akhir April 2025. Menurut Edwin, istrinya mengalami pendarahan hebat dan langsung dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Karawang dengan sepeda motor.
“Istri saya langsung diberi infus dan darahnya sempat berhenti. Hasil USG menunjukkan janin masih hidup, tapi pendarahan terus berlanjut. Dokter residen menyarankan operasi sejak dini hari, tapi tindakan baru dilakukan sekitar pukul 17.30 WIB,” ujar Edwin kepada media, Senin (5/5/2025).
Selama menunggu tindakan, Edwin menyebutkan bahwa sang istri terus mengalami pendarahan hingga ketubannya pecah. Bayi yang lahir dengan berat sekitar 1.200 gram itu langsung masuk ruang perawatan intensif, namun nyawanya tak tertolong dan meninggal pukul 23.55 WIB.
“Di tengah kepanikan, saya harus bolak-balik urus administrasi. Istri saya kesakitan, minta disuntik, tapi justru dimarahi bidan. Saya merasa diperlakukan tidak manusiawi hanya karena status sosial dan penggunaan BPJS,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Edwin, yang berprofesi sebagai pedagang ayam, menyesalkan pelayanan rumah sakit yang menurutnya diskriminatif. “Saya pakai BPJS kelas 2, yang saya bayar sendiri, bukan gratis dari pemerintah. Tapi tetap saja tidak diprioritaskan,” ujarnya.
Tak hanya itu, Edwin juga mengungkap sempat dikenai denda BPJS usai bayinya meninggal. “Akhirnya denda dibatalkan setelah saya datangi langsung kantor BPJS,” tambahnya.
Menanggapi keluhan tersebut, Direktur Utama RSUD Karawang, dr. Andri Sariful Alam, Sp.OT, MARS menyatakan akan melakukan audit internal.
“Kami sedang menelusuri pelayanan medis dan prosedur yang dijalankan. Kami wajib melayani semua masyarakat tanpa membedakan. Hasil audit internal akan kami sampaikan pekan depan,” ujar dr. Andri.
Ia menduga persoalan ini mungkin terjadi karena perbedaan persepsi antara pasien dan tenaga medis, dan berjanji akan mengumpulkan informasi dari semua pihak terkait. (Tim/DJ)