“Nyaah Ka Indung”, Sentuhan Kasih untuk Ibu Jompo di Desa Singajaya: Warisan Bakti yang Hidup
Jayantara-News.com, Bandung Barat
Kehangatan dan keharuan menyelimuti Desa Singajaya, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat. Melalui program bertajuk “Nyaah Ka Indung”, pemerintah desa bersama pihak kecamatan menghadirkan sentuhan kasih bagi para ibu jompo, sebagai wujud penghormatan dan bakti tulus pada sosok ibu, pilar kehidupan sepanjang masa.
Program ini menjadi gerakan sosial sekaligus budaya, yang meneguhkan kembali nilai-nilai luhur Sunda: memuliakan ibu, menanamkan rasa bakti, serta memupuk ikatan emosional di tengah derasnya arus modernisasi.
Kegiatan diawali dengan penyerahan santunan secara langsung oleh Camat Cihampelas, didampingi Kepala Desa Singajaya beserta jajaran perangkat desa. Mereka turun langsung menyapa satu per satu para ibu sepuh di pelosok kampung. Sosok-sosok lanjut usia seperti Ma Oneh (115 tahun), Ma Udah (90 tahun), Ma Iroh (70 tahun), Ma Siti Badriah (65 tahun), dan lainnya menerima tanda kasih ini dengan senyum tulus, diiringi doa-doa penuh berkah.
Santunan ini bukan sekadar pemberian materi. Ia adalah simbol gotong royong dan sinergi antara pemerintah desa, kecamatan, hingga dukungan Bupati Bandung Barat. Sebuah pesan kuat bahwa para orang tua tidak akan pernah dibiarkan berjalan sendiri melewati masa senja.
“Kami Datang Sebagai Anak Mereka”
Kepala Desa Singajaya menegaskan, makna kegiatan ini jauh melampaui rutinitas seremonial.
> “Bagi kami, ini bukan formalitas. Kami hadir sebagai anak-anak mereka. Kami memanggil mereka ‘Indung’, dan menganggap mereka orang tua kami sendiri. Inilah wujud bakti kami,” ujar sang kades dengan suara bergetar menahan haru.
Suasana semakin syahdu saat para ibu sepuh membalas dengan doa-doa lembut,
> “Mudah-mudahan panjang umur, sehat selalu, dimudahkan segala urusan…”
Begitulah senandung tulus yang mengalir di antara tangan-tangan yang saling menggenggam.
Lewat “Nyaah Ka Indung”, Desa Singajaya berusaha menanamkan kembali penghormatan pada sosok ibu sekaligus mengajarkan generasi muda tentang makna kasih dan tanggung jawab sosial. Ini adalah ikhtiar merawat warisan budaya Sunda, menjadikan ibu sebagai sumber rahayu, rumah kasih, dan penopang peradaban.
Melalui tindakan sederhana namun penuh cinta, Desa Singajaya membuktikan: bakti pada ibu bukan sekadar kata, melainkan langkah nyata yang terus menyalakan cinta tanpa batas. (Nuka)