Keluhan Orangtua Murid Soal Outing Class dan Tour Wisata, Ditanggapi Ketua PPWI Jabar: Adakah Manfaatnya?
Jayantara-News.com, Jabar
Ketua Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Jabar, Agus Chepy Kurniadi, belakangan menyoroti soal outing class dan tour wisata di sebagian sekolah. Hal ini menyusul banyaknya keluhan dan aduan dari para orangtua siswa, baik yang langsung mendatangi Kantor Sekretariat, maupun bertulis melalui surat pengaduan.
Ketika dimintai tanggapannya soal persoalan di atas, melalui beberapa awak media, Agus Chepy mengatakan; “Kami memahami kekhawatiran para orangtua, terkait pelaksanaan outing class dan tour wisata di sekolah-sekolah. Meski kegiatan ini bertujuan memperluas wawasan dan memperkaya pengalaman siswa di luar kelas, perlu ada transparansi dalam hal pembiayaan dan pengelolaan kegiatan. Jangan sampai program yang bertujuan positif ini justru memberatkan atau menimbulkan keresahan bagi orangtua,” katanya.
Agus menegaskan, bahwa sekolah seharusnya berperan aktif dalam berkomunikasi dengan orangtua, termasuk memberikan rincian biaya dan manfaat yang akan didapat siswa dari setiap kegiatan outing. “Penting untuk menyeimbangkan antara kebutuhan pembelajaran di lapangan dan kondisi finansial orangtua siswa. Pihak sekolah perlu membuat program yang bijak, efisien, serta sesuai dengan kebutuhan dan situasi keluarga siswa masing-masing,” lanjutnya.
Disampaikannya, bahwa beberapa outing class dan tour wisata seringkali dinilai memberatkan orangtua siswa, terutama ketika biaya yang harus dikeluarkan cukup tinggi atau terdapat tambahan-tambahan yang dirasa tidak esensial. Dalam beberapa kasus, dugaan adanya pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari kegiatan ini memang mencuat, yang mengakibatkan ketidakpercayaan orangtua terhadap program-program tersebut.
Agus Chepy juga memaparkan kenapa sering terjadi keluhan dari para orangtua siswa, di antaranya:
1. Biaya yang Tidak Transparan:
Biaya outing class atau tour wisata kadang tidak dirinci secara jelas, sehingga orangtua merasa kurang tahu ke mana saja dana yang mereka bayarkan digunakan. Kurangnya transparansi dapat menimbulkan kecurigaan, bahwa ada komponen biaya yang dimasukkan tanpa alasan jelas atau bahkan biaya tambahan yang mungkin tidak perlu.
2. Dugaan Pengambilan Keuntungan oleh Pihak Tertentu:
Dalam beberapa kasus, ada dugaan, bahwa pihak sekolah atau pihak ketiga bekerja sama untuk mengambil keuntungan dari program outing ini. Misalnya, adanya kerja sama dengan agen travel atau vendor tertentu yang memasang harga lebih tinggi dari harga pasar, dengan sebagian keuntungan dialokasikan untuk pihak-pihak tersebut.
3. Kegiatan yang Dianggap Kurang Esensial untuk Pendidikan:
Tidak semua outing class dirancang untuk tujuan pendidikan yang relevan. Kadang, kegiatan atau destinasi yang dipilih dianggap lebih mengutamakan aspek rekreasi daripada pendidikan, sehingga orangtua merasa program tersebut hanya membebani secara finansial tanpa manfaat yang sepadan.
4. Kurangnya Pilihan untuk Orangtua:
Banyak outing class atau tour wisata yang bersifat wajib bagi semua siswa, sehingga orangtua tidak memiliki pilihan untuk menolak atau memilih kegiatan lain yang lebih sesuai dengan kondisi finansial mereka. Hal ini membuat beberapa orangtua merasa dipaksa mengikuti program dengan biaya tinggi.
5. Ketidaksesuaian dengan Kemampuan Ekonomi Orangtua:
Kegiatan ini bisa jadi terasa memberatkan bagi orangtua, terutama yang memiliki kondisi ekonomi terbatas. Seringkali, program outing ini tidak mempertimbangkan keberagaman kondisi ekonomi orangtua, sehingga mereka merasa terbebani untuk mengikuti program yang mungkin di luar jangkauan finansial mereka.
Menurut Agus Chepy, ada beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan untuk mengatasi masalah ini, yang bisa dilakukan oleh sekolah dan pihak terkait:
– Meningkatkan Transparansi dan Pelibatan Orangtua:
Sekolah sebaiknya menjelaskan secara terbuka komponen biaya dan manfaat dari setiap kegiatan, serta memberi kesempatan bagi orangtua untuk berdiskusi dan memberikan masukan.
– Menghadirkan Opsi Beragam Berdasarkan Biaya dan Tujuan:
Program outing class yang fleksibel, dengan beberapa opsi kegiatan yang menyesuaikan kondisi ekonomi, dapat membantu mengurangi beban finansial bagi keluarga.
– Menghindari Kerja Sama dengan Pihak Ketiga yang Tidak Transparan:
Jika memungkinkan, sekolah sebaiknya mengelola sendiri kegiatan outing tanpa bekerja sama dengan agen atau vendor yang mengambil komisi tinggi. Jika memang perlu bekerja sama, maka pilih mitra yang bisa memberikan harga wajar dan transparan.
Sebagai penutup, Agus Chepy berharap, agar pihak sekolah, dinas pendidikan, dan komite sekolah bisa saling bekerja sama guna menciptakan program yang berorientasi pada kepentingan terbaik bagi siswa dan keluarganya.
“Kami dari PPWI Jabar akan terus memantau dan terbuka untuk menampung aduan para orangtua terkait hal ini, demi menciptakan dunia pendidikan yang lebih transparan dan adil bagi semua,” ujarnya.
Dengan demikian, outing class dan tour wisata dapat tetap memberikan manfaat edukatif tanpa membebani atau menimbulkan keresahan di antara orangtua. (Red)