Joko Widodo: Dari Pengusaha Mebel ke Pemimpin Negeri, Antara Prestasi dan Kontroversi
Oleh : Agus Chepy Kurniadi
Jayantara-News.com, Jabar
Siapakah Joko Widodo?
Joko Widodo, atau yang lebih dikenal sebagai Jokowi, adalah Presiden Republik Indonesia ke-7 yang menjabat selama dua periode (2014–2019 dan 2019–2024). Ia lahir pada 21 Juni 1961 di Surakarta, Jawa Tengah, dengan nama asli Mulyono, yang kemudian diganti menjadi Joko Widodo.
Perjalanan hidupnya dimulai dari lingkungan sederhana. Ia tumbuh dalam keluarga yang sering mengalami kesulitan ekonomi, bahkan harus berpindah rumah beberapa kali karena tergusur. Namun, keadaan itu membentuk mental dan etos kerja keras yang kemudian membawanya menjadi pengusaha sukses di bidang mebel sebelum terjun ke dunia politik.
Dari Pengusaha Mebel ke Pemimpin Negeri
Setelah lulus dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1985, Jokowi bekerja di sebuah perusahaan sebelum akhirnya mendirikan CV Rakabu, usaha mebel yang ia bangun sejak 1988. Awalnya, bisnisnya mengalami kesulitan, tetapi berkat keuletannya, usahanya berkembang pesat, terutama dengan pasar ekspor ke Eropa. Salah satu klien asal Prancis yang kesulitan membedakan namanya dengan pengusaha lain di Indonesia akhirnya memberi panggilan “Jokowi,” yang kemudian menjadi identitasnya.
Keberhasilannya sebagai pengusaha membentuk gaya kepemimpinannya yang pragmatis dan fokus pada solusi. Karier politiknya dimulai saat terpilih menjadi Wali Kota Solo (2005–2012), kemudian Gubernur DKI Jakarta (2012–2014), hingga akhirnya dipercaya rakyat menjadi Presiden RI.
Prestasi Jokowi sebagai Presiden
Selama dua periode kepemimpinannya, Jokowi membawa banyak perubahan, terutama dalam pembangunan infrastruktur dan reformasi ekonomi. Berikut beberapa pencapaiannya:
1. Pembangunan Infrastruktur
. Pembangunan jalan tol Trans-Jawa dan Trans-Sumatra untuk memperlancar logistik.
. Pembangunan MRT dan LRT di Jakarta guna mengurangi kemacetan.
. Program Tol Laut untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah, khususnya di Indonesia Timur.
2. Ekonomi dan Investasi
. Penyederhanaan regulasi melalui Omnibus Law guna menarik investasi.
. Program hilirisasi industri, seperti pengolahan nikel di dalam negeri.
. Program Kartu Pra-Kerja untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja.
3. Sosial dan Kesejahteraan Rakyat
. Program Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk pendidikan dan kesehatan.
. Bantuan sosial melalui Program Keluarga Harapan (PKH).
. Penyediaan rumah murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
4. Reformasi Birokrasi dan Digitalisasi
. Pembubaran lembaga-lembaga yang dianggap tidak efisien.
. Penerapan sistem OSS (Online Single Submission) untuk perizinan usaha yang lebih cepat.
5. Diplomasi dan Geopolitik
. Menjadi tuan rumah KTT G20 di Bali dan mendorong solusi global terhadap krisis pangan dan energi.
. Aktif dalam perdamaian Myanmar dan diplomasi Rusia-Ukraina.
Mengapa Jokowi Sering Dipojokkan?
Meskipun memiliki banyak pencapaian, Jokowi tidak lepas dari kritik dan serangan, baik dari lawan politik maupun sebagian masyarakat. Ada beberapa alasan utama mengapa ia kerap dipojokkan:
1. Polarisasi Politik yang Tajam
Sejak Pilpres 2014, persaingan politik antara Jokowi dan lawan-lawannya semakin intens. Polarisasi ini membuat sebagian masyarakat tetap menolak kepemimpinannya, bahkan setelah ia terpilih secara demokratis.
2. Kebijakan yang Tidak Selalu Populer
. Beberapa kebijakan Jokowi menimbulkan pro dan kontra, seperti:
. Omnibus Law yang dianggap lebih berpihak pada investor daripada buruh.
. Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) yang dinilai tidak mendesak di tengah krisis ekonomi.
. Kenaikan harga BBM dan pajak yang dirasa memberatkan rakyat kecil.
3. Ekspektasi yang Terlalu Tinggi
Jokowi datang dengan citra “pemimpin merakyat” yang membuat rakyat menaruh harapan besar. Namun, ketika ada kebijakan yang tidak sesuai ekspektasi, kekecewaan pun muncul.
4. Pengaruh Hoaks dan Media Sosial
Di era digital, media sosial menjadi alat propaganda yang kuat. Banyak hoaks yang menyerang Jokowi, seperti “antek asing,” “pro-China,” atau “anti-Islam.” Narasi-narasi ini kerap dimanfaatkan untuk membentuk persepsi negatif terhadapnya.
5. Kepentingan Elite Politik
Jokowi bukan bagian dari elite politik lama. Keberhasilannya sebagai presiden membuat beberapa kelompok merasa terancam, sehingga ada upaya untuk melemahkannya melalui kritik dan tekanan politik.
6. Efek Kebijakan Jangka Panjang yang Belum Terasa
Banyak kebijakan Jokowi yang baru akan berdampak dalam jangka panjang, seperti pembangunan infrastruktur dan hilirisasi industri. Namun, karena efeknya belum terasa secara langsung, banyak yang menganggap kebijakan-kebijakan tersebut kurang berhasil.
Antara Prestasi dan Kontroversi
Joko Widodo adalah pemimpin yang lahir dari rakyat biasa dan berhasil menduduki posisi tertinggi di negeri ini. Ia membawa perubahan besar dalam pembangunan infrastruktur, reformasi birokrasi, dan ekonomi. Namun, kepemimpinannya juga tak luput dari kritik, baik karena kebijakan yang tidak populer maupun karena persaingan politik yang sengit.
Sejarah akan menentukan bagaimana Jokowi akan dikenang—sebagai pemimpin yang membawa kemajuan atau sebagai sosok yang penuh kontroversi. Namun, satu hal yang pasti, namanya akan selalu menjadi bagian penting dalam perjalanan bangsa ini. (Red)