Saat Waktu Berhenti di Matamu
Jayantara-News.com:
Senja belum datang, tapi gelisah sudah lebih dulu bersarang di dada. Di sudut sekolah yang menjadi saksi janji temu, ia berdiri, menunggu dengan hati yang berdebar. Waktu seolah berjalan lebih lambat, setiap detik terasa panjang ketika harapan bercampur dengan kecemasan.
Mungkin ini bukan pertama kalinya mereka mencuri waktu, bersembunyi dari tatapan guru dan teman-teman yang selalu ingin tahu. Tapi tetap saja, ada debaran yang berbeda setiap kali. Di tengah penantian yang terasa tak berujung, matanya menangkap barisan semut merah yang merayap di dinding. Makhluk-makhluk kecil itu tampak teratur, bergerak dalam barisan rapi, seolah menghakimi kegelisahannya.
Ia tersenyum getir. “Malu aku malu pada semut merah,” bisiknya dalam hati. Seakan mengerti, semut-semut itu menatapnya penuh tanda tanya. Mereka bertanya tanpa kata, namun ia bisa merasakan keingintahuan mereka. “Sedang apa di sini?” mungkin begitu yang mereka tanyakan.
Tak ingin larut dalam resah, ia menjawab lirih, seperti berbicara pada dirinya sendiri. “Menanti pacar,” katanya dengan senyum malu-malu.
Ah, cinta muda memang penuh warna. Ada debar, ada rahasia, ada manisnya rindu yang diam-diam. Dan di antara semua itu, ada semut merah yang menjadi saksi bisu, mengingatkan bahwa menunggu seseorang yang dicinta selalu punya keindahannya sendiri. (Mas Goes)