Runtuhnya Negeri dalam Cengkeraman Dursila: Ketika Kekuasaan Dipegang Preman!
Jayantara-News.com – Amartalaya
Pada zaman kala wusana, di antara debu-debu sejarah yang nyaris terkubur, berdirilah sebuah kerajaan agung bernama Amartalaya. Negeri yang dahulu dipenuhi kemuliaan, tempat para resi dihormati dan hukum menjadi suluh kehidupan rakyat, kini berubah menjadi negeri nestapa.
Segalanya bermula ketika Sang Prabu, penguasa terakhir dari trah bijak bestari, wafat tanpa sempat menunjuk pewaris sejati. Kekosongan kekuasaan menjadi celah bagi golongan dursila untuk menyusup. Mereka adalah kaum tanpa dharma, namun lihai dalam siasat dan kekerasan, dipimpin oleh seorang manusia kelam bernama Durmanthaka.
Durmanthaka bukan satria, bukan brahmana, bukan pula sudra yang tahu batas laku. Ia hanya seorang preman pasar yang berhasil naik tahta lewat siasat, uang, dan ketakutan. Dengan membentuk kelompok bernama Kalasraya, ia menyulap karaton menjadi sarang para penghisap rakyat.
Keadilan dibeli dengan emas, kebenaran dibungkam oleh ancaman. Para resi diasingkan, para patih yang setia dijebak, dan rakyat kecil dipaksa tunduk atau lenyap. Negeri pun diliputi kegelapan batin. Amartalaya berubah dari tanah suci menjadi tanah mati.
Namun sebagaimana dalam setiap wiracarita, selalu ada benih harapan yang disemai di tempat tersembunyi. Di puncak Gunung Mandalasari, seorang satria muda bernama Raden Wirokerti, keturunan Pandhawa, tengah bersemedi. Ia menunggu saat bumi berseru, bukan demi tahta, melainkan demi membebaskan rakyat dari belenggu Kalasraya.
Kisah ini belum tamat. Sebab selagi rakyat memilih diam, dan para satria masih bertapa, maka wahyu negara tetap berada dalam cengkeraman para dursila.
Bersambung…!!!